1.Pengertian Individu
Kata “ Individu” berasal dari kata latin, yaitu individuum, berarti “yang tak terbagi”.
Jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Arti lainnya adalah sebagai pengganti “orang seorang” atau manusia perorangan. Disini terlihat bahwa sifat dan fungsi manusia, sebagaimana ia hidup di tengah-tengah individu lain dalam masyarakat.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan, dapat kita uraikan, bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada ia adalah dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri.
2 Pengertian Keluarga
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Dhurkeim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”
Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak mereka; yang kadang-kadang disebut juga sebagai “conjugal”-family.
2. Keluarga Besar “Extended Family”
Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, kemenekan, dan seterusnya.
Unit keluarga ini sering disebut sebagai ‘conguine family’ (berdasarkan pertalian darah).
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan
atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
3. Pengertian Masyarakat
Pengertian masyarakat adalah ’kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia :
1.Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
2. Perbedaan Kelompok Masyarakat Non Industri Dengan Masyarakat Industri
1. Masyarakat Non Industri
Kita telah tahu secara garis besar bahwa , kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
a. Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Di karenakan para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, sehingga mereka mengenal lebih dekat, lebih akrab.
dalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawabpara anggota dan berlangsung atas dasar rasasimpati dan secara sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain :keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.
b. Kelompok sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak Iangsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karen yaitu, sifat interaksi, pembagian kerja, pembagian kerja antaranggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan;
keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama disepakati.
Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal group).
Inti perbedaan yang terjadi adalah : Kelompok tidak resmi (informal group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
2. Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembangian kerja sebagai dasar untuk mengklasifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi is lebih cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks. Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua eksterm tadi diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982 : 190). Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakintinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah men2enal pengkhususan.Otonomi sejenis, juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri.
Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi.
3. Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk (plural society) merupakan suatu
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen dan tatanan sosial yang
hidup berdampingan, tetapi tidak terintegrasi dalam satu kesatuan politik.
4. Masyarakat Cenderung Melakukan Urbanisasi
Masyarakat
adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi
terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Jika dikelompokkan berdasarkan tempat
tinggalnya masyarakat dapat dibagi menjadi 2 yaitu masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan.
·
Masyarakat kota adalah sekumpulan
orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih
maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu hal yang
dicita-citakan. Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat
tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari
itu masyarakat kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran,
pergaulan dan pekerjaan yang hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat
di desa.
·
Masyarakat desa adalah sekumpulan
orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang sangat
berbeda dengan masyarakat kota. Karena
desa adalah kebalikan dari kota, tingkat solidaritas yang masih sangat
tinggi, serta tingkat kegengsian yang sedikit, serta tingkat kekeluargaan yang
masih ada, pergaulan, pemikiran, serta pekerjaan yang berbeda dengan kota.
Jika
dibandingkan antara perkotaan dan pedesaan di tinjau dari segi pembangunan
serta fasilitas-fasilitas umum jelas sekali terdapat perbedaan. Diperkotaan
fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, lokasi hiburan sangat banyak dan mudah
di temui, sedangakan di pedesaan fasilitas-fasilitas tersebut sangat
terbatas.
Ketimpangan
inilah yang menjadi penyebab tingginya tingkat perpindahan penduduk dari desa
ke kota alias urbanisasi menunjukan adanya ketimpangan pembangunan yang telah
terjadi di Indonesia. Hampir setiap tahunnya Indonesia selalu dihadapkan dengan
permasalahan kebiasaan mudik. Hal ini menunjukan banyak masyarakat dari desa
yang meninggalkan tempat asalnya menuju kota-besar. Bahkan, menurut catatan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), ada sekitar satu
juta orang. Fenomena ini dinamakan sebagai dampak perkembangan
megacities.
Ada
beberapa cara yang seharusnya di terapkan pemerintah dalam mengatasi laju
urbanisasi, diantaranya :
·
Pertama, upaya peningkatan aspek
pendidikan di desa. Hal ini dapat dilakukan dengan menggalakkan pendidikan
menengah yang bersifat kejuruan. Pendidikan menengah yang bersifat kejuruan
tentunya akan sangat membantu mengembangkan bakat peserta didik yang sifatnya
praktis sesuai dengan peminatan yang diinginkan. Selain itu, peningkatan aspek
ini dapat juga digunakan untuk mendorong munculnya jiwa kewirausahaan sehingga
bisa menyediakan lapangan pekerjaan di desanya. Tentunya dengan adanya lapangan
pekerjaan di desa akan mengurangi laju urbanisasi yang terjadi.
·
Kedua, aspek aksesibilitas (dalam
hal transportasi) di desa merupakan faktor penting untuk menunjang aktivitas
ekonomi, walau pada faktanya masih banyak desa di negara kita yang masih
memiliki aksesibilitas yang buruk. Padahal aksesibilitas tersebut berfungsi
sebagai jalur penghubung terjadinya aliran barang dan jasa (aktivitas ekonomi).
Melalui peningkatan aksesibilitas di desa seperti pembangunan jalan dan
jembatan serta sarana telekomunikasi, pemberdayaan potensi sumber daya yang
terdapat di desa dapat dikembangkan secara optimal. Adanya kemudahan akses
tersebut juga bisa menjadi faktor penarik bagi pihak pemerintah dan swasta
untuk bermitra dan mengembangkan aspek unggulan desa yang bersangkutan.
·
Ketiga, pemberdayaan potensi utama
desa dapat dilakukan untuk menekan urbanisasi. Salah satu cara untuk
mengembangkan potensi desa dapat dilakukan sesuai dengan sumber daya yang ada
seperti potensi agrobisnis maupun aspek pariwisatanya. Potensi agrobisnis di
desa dapat dilakukan dengan pengembangan dan pemasaran yang lebih ”menjual”
sehingga potensi tersebut dapat terberdayakan. Dengan sendirinya lapangan
pekerjaan akan tersedia sehingga dapat mengurangi laju urbanisasi yang terjadi.
Demikian pula dengan aspek pariwisata yang mampu menambah lapangan pekerjaan di
desa.
Pada
akhirnya, untuk mengurangi urbanisasi tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah tapi juga mejadi tanggung jawab penduduk. Tanpa adanya sinergi dalam
melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka urbanisasi berbagai dampak
negatif nya akan terus terjadi.